Sabtu, 11 April 2009

Hanya siap menang.

Nnnnnnah...betul kan analisis yang mBah Posting tgl.31 Maret yang lalu. apa yang mbah kawatirkan bahwa isyu bahkan tuduhan manipulasi DPT akan dipakai oleh parpol yang kalah untuk mengklaim terjadinya kecurangan. Setelah Quick Count Pileg 2009 diumumkan ,Team Advokasi Bapilu PDIP dilayar TV ONE mempertanyakan independensi KPU karena kehadiran Ketua KPU di Cikeas dan menyatakan akan menggugat KPU atas kecurangan yang terjadi dalam Pemilu 2009 diantaranya adanya pemilih yang tidak masuk dalam DPT sehingga tidak dapat menggunakan hak pilihnya dalam Pileg 2009 yang berarti KPU telah menghilangkan begitu saja Hak Pilih masyarakat. Hari berikutnya tgl.10 April 2009 kembali Pentolan PDIP muncul di layar TV ONE, masih seperti saat kampanye, pertama mengklaim bahwa dunia mengakui Pemilu 2004 adalah Pemilu yang terbaik.(?????) dan itu karena Ibu Mega. Pemilu saat ini penuh dengan kekacauan dan kecurangan diantaranya yang terparah adalah masalah DPT yang carut marut. banyak masyarakat yang telah punya hak pilih tidak masuk dalam DPT sehingga tidak dapat ikut memberikan suaranya dalam Pileg 2009 dan hal ini merupakan kecurangan yang akan dipakai sebagai bahan pengaduan kecurangan Pemilu 2009.



Dari dulu mbah nggak suka kalo ada orang yang menggembar gemborkan bahwa dia telah berjasa atas sesuatu padahal kita semua tahu bahwa belum tentu itu adalah jasanya. Dalam hal Pemilu 2004 kalaulah dianggap baik apakah itu karena Presidennya. Tentunya tidak bukan? Itu karena kinerja KPU. Jadi janganlah gampang mengklaim kesuksesan orang lain karena jasanya, berjasa atau tidak rakyat yang menilai , tidak perlu mengklaim dan menonjolkan sebagai prestasinya ,mereka para pemilih cerdas dari kelompok Floating Voter seperti mBah Klowor ini akan menjadi tidak simpati padahal jumlah Floating Voter dinegeri ini sangat menentukan kemenangan suatu Parpol (menurut mbah lho). Bila ini yang terjadi tentunya malah merugikan Parpol itu sendiri. Jika membuka memory kita akan track record KPU 2004 apakah bisa dikatakan baik????? Kita semua tahu bahwa KPU 2004 berakhir dengan diseretnya beberapa Anggota dan Ketua KPU kemeja hijau. Jika demikian halnya apakah kira-kira Presidenya mau jika dikatakan bahwa dia ikut bertangung jawab ??? Tentunya tidak dan tidak ada Parpol maupun masyarakat termasuk mBah Klowor yang berfikir senaif itu.



Kinerja KPU sekarang memang jauh untuk dikatakan baik. Namun DPT yang carut marut tidaklan serta merta merupakan suatu kecurangan apalagi bila hal itu dituduhkan untuk menguntungkan atau upaya penggembosan perolehan suara Parpol tertentu dalam Pileg 2009. Bila mereka yang tidak bisa ikut memilih karena tidak ada dalam DPT dikategorikan sebagai kecurangan oleh KPU untuk memenangkan Parpol yang saat ini memenangkan Pileg 2009, maka Pemilu 2004 pun juga Pemilu yang diwarnai dengan kecurangan karena kasus tidak tercantumnya beberapa atau sebagian nama masyarakat dalam DPT juga terjadi. demikian pula dengan Pemilu 1999. Jadi kekacauan DPT ini terjadi setiap Pemilu. Pada Pileg 2004 mbah sekeluarga juga tidak masuk dalam DPT padahal TPS diadakan didepan rumah , tapi selesai Pileg 2004 mbah langsung ke Kelurahan untuk didaftar dlam Pilpres 2004 hingga sekarang tidak ada masalah dengan Hak Pilih mbah setiap ada Pilkada maupun Pemilu . Nasib yang menimpa Hak Pilih mbah sekeluarga pada Pile 2004 rupanya tidaklah sendirian ,dalam satu RT yang terdiri dari 60 KK ada lebih dari 7 KK yang tidak masuk dalam DPT. Total Jenderal yang tidak masuk dalam DPT pada Pileg 2004 mencapai lebih dari 10%. Yang patut menjadi catatan pada Pemilu 2004 "tidak ada tuduhan kecurangan "seperti saat ini, seingat mbah Parpol yang kalah tidak melontarkan tuduhan kecurangan telah terjadi, mereka dengan legawa menerima hasil Pemilu 2004. Apalagi yang menang, hanya senyum kepuasan yang muncul. Berbeda dengan Pemilu saat ini, yang kalah yang suaranya mengalami penurunan sudah mulai berteriak adanya kecurangan, Pemilu yang tidak jujur, Pemilu kali ini diragukan indepensi dari Penyelenggara (KPU), semua itu menurut penilaian mbah hanyalah dalih untuk tidak menerima kekalahannya, karena ambisinya yang begitu besar untuk berkuasa, karena memang tidak bisa legawa menerima kekalahannya, maunya menang teruuuus.. Mereka tidak sadar dengan bersikap seperti itu rakyat dari kelompok Floating Voter semakin tidak menaruh simpati dan tentunya akan merugikan perolehan suara mereka sendiri dalam Pilpres 2009 maupun dalam Pemilu selanjutnya. Sudah bukan masanya lagi memilih Pemimpin atas dasar karismatik tokoh. Rakyat memilih berdasarkan pertimbangan idealisme, berdasarkan data empiris apakah pilihannya akan memberikan manfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara serta memberikan kondisi yang lebih baik bagi bangsa dan negara.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar